Catatan Grafting Anggur "On Cutting", Bagian II: Cutting Rootstock dan Entress/Scion
Lebih jauh surfing, menemukan produksi yang lebih massiv dan modern di sebuah nursery di belahan benua lain. Memakai alat, dengan prosedur yang terlihat lebih rapih dan terukur.
Betapa mudahnya... (batin saya). Sampai dengan mencoba sendiri, dan hasilnya adalah gagal, kemudian gagal. Dan berulang-ulang pertanyaan dalam otak saya, "What I've missed?" "Which things and part I did not recognized?"
Lalu berselang, saya terkejut dengan inovasi (yang sepertinya, dan saya yakin) asli Indonesia, yakni cutting disambung dengan entress. Bahkan batang muda. Entah siapa yang memulai, yang pasti saya puji kecerdasannya.
Cukup intro, back on my cases...!!!
Tujuan utama dari grafting menggunakan RS yang masih berupa cutting, untuk saya pribadi, selain untuk pemuas nafsu pengin tahu, sebenarnya tidak lain dari untuk efektifitas dan efisiensi. Menyingkat waktu. Daripada harus menumbuhkan RS terlebih dahulu, kemudian baru diokulasi dengan batang atas varian tertentu. Tentunya, seandainya saja tingkat keberhasilan tinggi (mimpi 99%). Namun pada prakteknya, banyak entress yang gagal tumbuh. Mimpi (sementara) belum tercapai, berikut efektifitas dan efisiensi. Ini yang berusaha saya telisik penyebabnya. Harapannya, ke depan prosentase keberhasilah lebih tinggi. Sedikit demi sedikit maju mendekati mimpi.
![]() |
Kondisi semaian grafting on cutting usiasatu bulanan. Foto: Bayu G Murti | 1441 |
Saya berusaha fleksibel dalam melakukan penyambungan. Tidak fanatik atau menghindari teknik tertentu. Hampir semua cara yang saya tahu, dan memungkinkan, saya praktekkan. Pertama, menyesuaikan ukuran cutting dan ukuran entress. Kedua, untuk latihan aja atau sekedar coba-coba. Ketiga, untuk mencari cara terbaik (versi saya tentunya). Beberapa teknik saya pakai, antara lain sisip kulit, sisip belah, T budding, chip Budding, whipped and tongue, sayat miring, termasuk menggunakan grafting tool. Akan saya bahas satu per satu pada postingan bagian selanjutnya. Semoga masih bisa mengorek ingatan beberapa bulan lalu. Beberapa sempat terdokumentasikan, foto maupun video.
***
Lepas dari hal presisi dan keahlian teknis, dua hal yang memegang peranan kunci adalah kesehatan cutting RS dan entress.
Batang Bawah
Pada bahasan ini, saya tidak membahas batang bawah sebagai rootstock, tetapi bentuk fisiknya saja. Yakni, beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan seleksi. Dan sebatas fungsinya sebagai tempat menumbuhkan akar dan tempat tumbuh entress/scion.
![]() |
Paket cutting batang bawah. Foto: Bayu G Murti | 1441 |
Soal ukuran, buat saya yang penting di atas minimal standard pencil thickness. Walau sebenarnya, saya lebih suka diameter cutting antara 8-12 mm. Toh, masing-masing ukuran diameter cutting punya keuntungan dan kelemahan sendiri. Teknik sambung bisa menyesuaikan.
Sedikit catatan tentang batang cutting big size. Menurut mata saya, batang besar (yang bersumber dari tanaman yang dibiarkan tumbuh begitu saja) lebih rentan menyimpan bekas trauma (penyakit/jamur/insect). Dalam jangka sekian tahun mereka tumbuh, bisa jadi sudah mengalami beberapa serangan. Dari yang saya amati, meskipun pulih, jejak trauma masih ada. Misal, sebagian jaringan batang yang mati, jaringan kulit yang berkambium tipis (menempel pada kayu dan susah dikelupas). Itu salah satu alasan saya berpendapat bahwa, cutting dengan standard size, usia tak lebih dari satu musim (1 tahun), lebih bagus. Lebih bagus lagi, cutting berasal dari pohon yang memang disiapkan untuk stok RS.
![]() |
Cutting RS yang direndam POC/ZPT sambil menunggu giliran disambung. Foto: Bayu G Murti | 1441 |
Cutting, masih belum dipotong-potong, diberi treatment fungisida. Lalu disimpan di tempat teduh, pangkal direndam dengan larutan POC/ZPT organik. Sambil menunggu dapat giliran disambung, mereka tetap di situ. Sepengalaman saya kemaren, dengan perlakuan ini, cutting RS tahan hingga 2 minggu kemudian. Batang dan kambium masih bagus. Tunas yang tumbuh segera saya buang.
Kapankah motongnya?
Saat akan disambung dengan entress.
Jika ada 20 entress, maka sebanyak itulah saya memotong cutting.
Pada tahap ini, sekaligus proses seleksi. Cutting batang bawah harus dipastikan dalam kondisi sehat. Beberapa hal yang saya cek adalah;
![]() |
Penampakan cutting batang bawah yang bagus. Jaringan kayu mulus, kambium tebal, kulit liat merata dan mudah saat dikelupas. Foto: Bayu G Murti | 1441 |
- Keberadaan kutu perisai. Jika ada gerombolan meraka, cutting langsung saya buang. Jika ada satu atau dua ekor, masih OK.
- Batang utuh tanpa cacat.
- Saat dipotong batang masih berair.
- Bagian dalam berwarna hijau cerah/putih. Tidak kecoklat-coklatan, yang menandakan batang rusak jaringan atau pernah mengalami trauma.
- Khusus sambung sisip pada kulit, pastikan lapisan kambium mulus, kulit mudah dikelupas, tidak ada lendir yang kecoklatan seperti kena karat.
Entress dan Scion
![]() |
Varian Akademik, hampir 100% tumbuh. Salah satu kelompok entress yang dipangkas dari batang yang sehat dan sedang tumbuh bagus. Foto: Bayu G Murti | 1441 |
Kesalahan fatal saya adalah, memakai entress yang kurang sehat. Ini saya amati setelah melihat hasil graftingan pun jauh dari "sehat". Ada sekelompok entress yang hampir 100 % tumbuh, ada pula sekelompok entress yang hampir 100% pula tingkat kegagalannya. Kelompok pertama diambil dari tunas yang sedang dalam masa tumbuh bagus dan bebas (belum pernah terserang) jamur. Kelompok kedua, yang hampir nggak ada yang tumbuh, dipangkas dari pohon yang belum pulih benar dari serangan jamur, dan pertumbuhan kurang normal. Beberapa saya ambil hanya melihat ukuran yang saya butuhkan. Beberapa bahan entress saya ambil dari percabangan yang memang akan dibuang, tanpa memperhatikan faktor kesehatan cabang.
Waktu itu saya berpikir, bahan entress yang kurang sehat bisa diatasi dengan treatment fungisida. Nyatanya tidak. Funginya (mungkin) teratasi. Tetapi, kondisinya (batang dan mata tunas) sendiri sudah kepalang rusak dan belum pulih benar dari masa sakit. Walhasil, daya sambung antara cutting dan entress (callusting) membentuk callus bridge, serta kemampuan tumbuh (bud sprout) entress sangat kurang.
Dan satu lagi, saya tahu belakangan, bahwa pola pemupukan tertentu, ditambah hormon tertentu, bisa mempengaruhi pola tumbuh dan fisik tanaman. Salah duanya adalah mempertebal lapisan kambium, serta mempercepat sambungan bertunas. Perlakuan ini sedang dicoba pada rootstok yang telah tumbuh.
Beberapa hal yang saya catat terkait bahan entress/scion;
![]() |
Tenga adalah entress dan scion varian Sonaka yang saya pangkas saat belum pulih benar dari serangan jamur. Hasilnya, prosentase tumbuh sangat kecil. Foto: Bayu G Murti | 1441 |
- Entress dan scion, wajib diambil dari pohon yang sehat. Tidak sedang mengalami serangan jamur dan penyakit lain, atau sudah pulih betul.
- Ambil dari cabang yang sedang tumbuh vigour.
- Periksa mata tunas, dan pastikan tidak cacat.
- Cabang yang sedang mengalami masa stagnan, juga bagus dijadikan bahan entress. Syaratnya sama seperti di atas. Sehat.
- Hindari mengambil bahan entress dari cabang yang mengalami stagnan, tapi karena gangguan penyakit. Harus jeli melihat perbedanya dengan stagnan pada poin sebelumnya.
Ada satu poin pengecualian soal tingginya tingkat kegagalan grafting, adalah faktor varian. Ada beberapa yang memiliki karakter batang yang kurang mendukung untuk disambung. Contoh kasus di tempat saya, adalah Muscadine. Dia punya jaringan, terutama batang mudanya, saya bilang agak aneh. Penampilan fisiknya tidak seperti varian lain umumnya, seperti ada corak kulit pohon belimbing. Lapisan antara kulit dan batang utama juga agak samar. Varian ini, di tempat saya, juga kebetulan lama membesar. Lebih satu tahun, batang utama belum juga sebesar pensil. Pada varian lain (yang saya punya), saya belum menemukan kasus yang sama.
bersambung...
Bagian III: Alat dan Piranti
Koment
BalasHapusSUgeng rawuh, Hu...
Hapus